Tag Archives: Ki Pringgajaya

Buku 117 (Seri II Jilid 17)

  Swandaru pun sejenak tercenung diam. Ia menghubungkan keadaan lawannya dengan benturan yang terjadi, sebelum keduanya terlibat pada pertempuran yang aneh itu. Menurut perhitungan Swandaru, benturan yang meskipun telah melemparkan Agung Sedayu itu, agaknya menumbuhkan luka-luka di bagian tubuh lawannya yang lengah, karena ia menganggap bahwa Agung Sedayu sudah tidak berdaya. Namun dalam pada itu, …

Baca lebih lanjut

Buku 126 (Seri II Jilid 26)

  Namun agaknya kedua orang anak muda itu tidak akan berselisih. Nampaknya keduanya tidak salah paham dan tidak dibatasi oleh perasaan yang buram. Keduanya nampak berbicara dengan akrab dan ramah. Sekali-sekali terdengar keduanya tertawa. Adipati Partaningrat masih saja bersungut-sungut. Ia benar-benar kecewa karena kedatangan Pangeran Benawa. Meskipun ia sadar, bahwa ia berada di Mataram, berada …

Baca lebih lanjut

Buku 127 (Seri II Jilid 27)

  “Jangan memperkecil diri sendiri. Jika kau berusaha untuk meningkatkan ilmu adalah suatu usaha yang baik. Tetapi jika kau kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri, maka usahamu sebagian telah gagal,” berkata Agung Sedayu. Glagah Putih mencoba mengerti keterangan kakaknya. Karena itu, ia tidak kehilangan gairah yang menyala di dalam hatinya untuk berlatih. “Tetapi kau jangan merasa …

Baca lebih lanjut

Buku 129 (Seri II Jilid 29)

  Terdengar prajurit itu tertawa tinggi. Jawabnya, “Selama ini aku percaya kepada setiap kata-katamu, Ki Untara. Tetapi kali ini aku lebih senang melepaskan diri dari tanganmu. Aku tahu siapakah kau dan aku tahu sikap dan tindakanmu terhadap bawahanmu. Kau kira aku akan dapat kau tangkap dan kau perlakukan sebagai seorang pengkhianat, dengan alasan-alasan apa pun …

Baca lebih lanjut

Buku 133 (Seri II Jilid 33)

  Pangeran Benawa menarik nafas dalam-dalam. Kemudian katanya, ”Ki Sanak. Aku memang tidak menyangka, bahwa kuburan ini dijaga. Karena itu, ketika kalian tiba-tiba saja muncul, aku menjadi bingung dan menjawab asal saja tanpa memikirkan akibatnya.” ”Sebut, siapa kalian,” penjaga yang bertubuh paling tinggi membentak semakin keras. ”Begini Ki Sanak,” jawab Pangeran Benawa, ”sebenarnya kami hanya …

Baca lebih lanjut

Buku 137 (Seri II Jilid 37)

  “Mengembalikan keadaan ini seperti semula,” jawab orang itu, “adalah kebetulan saja kau dan orang-orang Pajang itu bertemu dalam satu kepentingan. Dan adalah kebetulan pula aku melihat kau mengikuti perjalanan Swandaru. Marilah kita anggap, bahwa kebetulan-kebetulan itu tidak pernah terjadi. Biarlah mereka bertempur. Anak-anak Sangkal Putung dengan Ki Waskita, sementara orang-orang Pajang bersama orang yang …

Baca lebih lanjut

Buku 138 (Seri II Jilid 38)

  Orang berwajah muram itu menegang sejenak. Namun kemudian katanya, “Baiklah. Aku mengerti. Pringgabaya adalah saudara seperguruanmu. Biarlah orang lain melakukannya. Tetapi untuk melakukan yang lain pun kau ternyata tidak mampu.” “Apa?” geram Pringgajaya. “Isi padepokan itu masih utuh. Orang-orang yang kau anggap akan dapat menyelesaikan mereka ternyata justru dihancurkan. Kau tidak akan dapat mengharap …

Baca lebih lanjut

Buku 142 (Seri II Jilid 42)

  Untara memang tidak berprasangka buruk kepada pihak manapun juga, karena kepergiannya itu adalah persoalan hubungan yang terlalu pribadi. Meskipun demikian, ia sudah membawa tiga orang pengawal terpilih yang akan dapat membantunya menyelesaikan persoalan yang mungkin timbul di perjalanan, di samping Ki Widura dan Kiai Gringsing. “Sebuah iring-iringan yang kuat,” berkata seseorang yang mendapat laporan …

Baca lebih lanjut

Buku 143 (Seri II Jilid 43)

  Namun dalam pada itu, datang saatnya Agung Sedayu mempergunakan kesempatan. Selagi lawannya yang merasa bahwa anak muda itu tidak akan mampu mendekatinya, tiba-tiba saja Agung Sedayu telah menyerangnya dengan cambuknya yang menggelepar dengan dahsyatnya. Sambil meloncat mendekat, Agung Sedayu menghentakkan cambuknya mendatar menyerang lambung. Lawannya terkejut. Namun ia masih sempat meloncat surut. Ia menganggap …

Baca lebih lanjut

Buku 148 (Seri II Jilid 48)

  Dalam pada itu, kedua ujud Ajar Tal Pitu yang melihat Agung Sedayu terjatuh dan bersandar pada batang randu alas itupun telah mempergunakan saat itu sebaik-baiknya. Mereka telah menyerang Agung Sedayu tanpa perlawanan. Mereka menikam, menggores dan bahkan membakar tubuh Agung Sedayu dengan api yang tersembur dari ujung trisula mereka. Saat itulah yang ditunggu oleh …

Baca lebih lanjut