Tag Archives: Pangeran Puger

Buku 348 (Seri IV Jilid 48)

“Terima kasih, Kakang,” sahut Rara Wulan, “kami ingin sekali untuk dapat ikut pergi ke Demak. Aku memang belum pernah ke Demak. Selain itu, mungkin kami akan mendapat kesempatan bertemu lagi dengan Ki Saba Lintang.” Malam itu, Rara Wulan menjadi gelisah. Ia benar-benar ingin dapat pergi ke Demak. Nalurinya mengatakan bahwa Ki Saba Lintang akan memanfaatkan …

Baca lebih lanjut

Buku 349 (Seri IV Jilid 49)

“Bukan itu.” “Siap atau tidak siap, aku akan menyerangmu.” Pangeran Puger benar-benar tidak memberi kesempatan Ki Naga Samekta untuk berbicara. Dengan cepat tombak Pangeran Puger itu berputar, kemudian terayun mendatar menyambar ke arah dada. Namun ketika Ki Naga Samekta menghindar dengan meloncat surut, maka tombak itu terjulur lurus memburu lambung. Ki Naga Samekta harus meloncat …

Baca lebih lanjut

Buku 350 (Seri IV Jilid 50)

Ternyata Glagah Putih tidak terlalu bodoh untuk tidak menghubungkan sikap laki-laki itu dengan ancaman Ki Tumenggung Panjer. Agaknya prajurit itu sengaja memancing persoalan. Jika terjadi perselisihan, maka ia akan dapat ditangkap dan ditahan di Demak. Karena itu, maka Glagah Putih pun menjadi semakin berhati-hati menghadapi sikap prajurit itu. “Ki Sanak,” berkata Glagah Putih kemudian, “istriku …

Baca lebih lanjut

Buku 382 (Seri IV Jilid 82)

Ki Patih Mandaraka tertawa. Ki Patih pun kemudian berkata kepada Kanjeng Pangeran Puger, “Wayah, bagaimana sikap yang akan Wayah ambil? Aku tahu bahwa di sekitar Wayah sekarang terdapat orang-orang pintar seperti Ki Tumenggung Gending, Ki Tumenggung Panjer, serta beberapa orang Narpacundaka serta para pemimpin yang lain, yang mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda dengan tatanan …

Baca lebih lanjut

Buku 383 (Seri IV Jilid 83)

Pertempuran antara keduanya menjadi semakin sengit. Kedua belah pihak telah meningkatkan ilmu mereka semakin lama menjadi semakin tinggi. Pedang mereka berputar, menebas dan mematuk berganti-ganti. Bunga-bunga api pun menjadi semakin banyak terhambur dari benturan kedua senjata di tangan kedua orang Senapati yang berilmu tinggi itu. Di sisi lain dari benturan kedua pasukan induk itu telah …

Baca lebih lanjut

Buku 384 (Seri IV Jilid 84)

Ketika kemudian terdengar isyarat yang ke-dua, maka setiap prajurit pun telah bersiap untuk bergerak maju dalam gelarnya masing-masing. Beberapa saat kemudian, terdengar isyarat ke-tiga mengumandang di seluruh medan. Kedua pasukan pun mulai bergerak. Namun yang agak berbeda adalah pasukan Demak. Demikian mereka mulai bergerak, maka terdengar sorak yang bagaikan mengguncang bukit-bukit. “Ada apa dengan pasukan …

Baca lebih lanjut

Buku 385 (Seri IV Jilid 85)

Pertempuran pun menjadi semakin sengit. Tongkat baja putih yang berada di tangan orang itu ternyata tidak mampu menembus pertahanan ikat pinggang Glagah Putih. Namun semakin lama mereka bertempur dengan mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan mereka, maka pertahanan mereka pun mulai merenggang. Sekali-sekali tongkat baja putih Ki Wiradipa serta ikat pinggang Glagah Putih mampu menembus pertahanan …

Baca lebih lanjut